Islam sudah masuk ke Indonesia secara damai sejak abad ke-7, namun baru berkembang pesat pada abad ke-13 sejalan dengan semakin mundurnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia serta semakin ramainya pedagang-pedagang Arab Persia, dan Gujarat ke Indonesia. Seperti yang kita kita ketahui, ada 3 teori mengenai proses masuknya agama Islam ke Indonesia, yaitu:
Bukti lain terkait munculnya Islam sebelum abad ke-13 adalah makam seorang wanita di Gresik Jawa Timur yang tertulis atas nama Fatimah binti Maimun (berangka tahun 1082) serta temuan sejumlah makam Islam di Tralaya (wilayah Majapahit), Trowulan, Jawa Timur yang menggunakan tahun sakka, bukan tahun Hijriyah dengan angka Jawa Kuno. Diperkirakan pada masa jayanya banyak warga Majapahit beragama Islam. Meski demikian, tidak ada petunjuk siapa yang menyebarkan agama Islam di Majapahit atau di Gresik itu.
Teori manakah yang benar? Dari tafsiran terhadap ketiga pandangan itu, umumnya orang menerima bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7, namun baru berkembang pesat pada abad ke-13 sejalan dengan semakin mundurnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia serta semakin ramainya pedagang-pedagang Arab, Persia, dan Gujarat ke Indonesia.
Teori GujaratMenurut teori ini, yang didukung oleh Snouck Hurgronje, W.F Suttherheim, dan B.H.M. Vlekke, Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-13, dibawa oleh para pedagang Islam dari Gujarat, India. Ada dua bukti untuk mendukung teori: pertama, batu nisan Sultan Malik Al-Saleh, sultan Samudra Pasai (meninggal tahun 1297) yang bercorak Gujarat (India); kedua, tulisan Marcopolo pedagang dari Venesia, yang menyatakan pernah singgah di Perlak (Peureula) pada tahun 1929 dan mendapati banyak penduduknya beragama Islam serta peran pedagang India dalam penyebaran agama tersebut.
Teori MekkahMenurut teori ini, yang didukung oleh Buya Hamka dan J.C. van Leur, pengaruh Islam telah masuk ke Indonesia sekitar abad ke-7 dibawa langsung oleh para pedagang Arab. Buktinya adala adanya pemukiman Islam tahun 674 di Barus, pantai sebelah barat Sumatra. Menyanggah teori Gujarat, teori ini meyakini Islam yang berkembang di Samudra Pasai menganut mazhab Syafi'i, mazhab besar di Mesir dan Mekkah pada masa itu, sedangkan daerah Gujarat menganut mazhab Hanafi; Selain itu, sultan-sultan Pasai menggunakan gelar Al-Malik, gelar yang lazim dipakai di Mesir saat itu.
Bukti lain terkait munculnya Islam sebelum abad ke-13 adalah makam seorang wanita di Gresik Jawa Timur yang tertulis atas nama Fatimah binti Maimun (berangka tahun 1082) serta temuan sejumlah makam Islam di Tralaya (wilayah Majapahit), Trowulan, Jawa Timur yang menggunakan tahun sakka, bukan tahun Hijriyah dengan angka Jawa Kuno. Diperkirakan pada masa jayanya banyak warga Majapahit beragama Islam. Meski demikian, tidak ada petunjuk siapa yang menyebarkan agama Islam di Majapahit atau di Gresik itu.
Teori PersiaMenurut teori ini, yang didukung ole Hoesein Djajadiningrat, Islam di Indonesia dibawa masuk oleh orang-orang Persia sekitar abad ke-13. Bukti untuk mendukung teori ini adalah adanya upacara Tabot (yaitu upacara memperingati meninggalnya imam Husain bin Ali cucu Nabi Muhammad) di Bengkulu dan Sumatra Barat (Tabuik) setiap tanggal 10 Muharam atau 1 Asyura; upacara ini juga merupakan ritual tahunan dipersia; selain itu, ada kesamaan antara ajaran sufi yang dianut Syekh Siti Jenar dan Sufi Iran beraliran Al-Hallaj.
Teori manakah yang benar? Dari tafsiran terhadap ketiga pandangan itu, umumnya orang menerima bahwa Islam sudah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7, namun baru berkembang pesat pada abad ke-13 sejalan dengan semakin mundurnya kerajaan-kerajaan bercorak Hindu-Buddha di Indonesia serta semakin ramainya pedagang-pedagang Arab, Persia, dan Gujarat ke Indonesia.